Arsitektur Historis STIDAR Sumenep: Rekonstruksi Perkembangan Perguruan Tinggi Dakwah

FERRY ARBANIA
By -
0

Dok. Ferry Arbania

Di tengah hamparan bumi Sumenep, sebuah institusi pendidikan tinggi Islam telah tumbuh dan berkembang, menorehkan jejaknya sebagai mercusuar ilmu dan dakwah. Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Raudlatul Iman (STIDAR) Sumenep, yang secara resmi berdiri pada 10 Oktober 2014, mungkin dikenal sebagai perguruan tinggi Islam termuda di Sumenep. Namun, di balik predikat "termuda" itu tersimpan kisah panjang kerinduan masyarakat, semangat para ulama, dan perjuangan tiada henti untuk menghadirkan pusat keilmuan yang relevan dan bermanfaat bagi umat.


Cikal Bakal dari Sebuah Cabang

Sejarah STIDAR tidak dimulai begitu saja pada tahun 2014. Akarnya jauh lebih dalam, menjejak hingga tahun 2010. Kala itu, di Pondok Pesantren Raudlatul Iman, sebuah Sekolah Tinggi sudah berdiri sebagai cabang dari Sekolah Tinggi Islam Al-Karimiyyah. Inilah bibit awal, cikal bakal yang kemudian tumbuh menjadi STIDAR yang kita kenal sekarang. Keberadaan cabang perguruan tinggi ini menjadi indikator awal betapa kuatnya keinginan untuk menghadirkan pendidikan tinggi di lingkungan pesantren dan masyarakat sekitar.


Kerinduan Masyarakat dan Pertemuan Bersejarah

Berdirinya STIDAR sesungguhnya merupakan manifestasi dari kerinduan mendalam masyarakat Gadu Barat, Ganding, Sumenep, akan hadirnya sebuah perguruan tinggi di daerah mereka. Kerinduan ini bukan sekadar angan, melainkan sebuah kebutuhan yang mendesak untuk mengembangkan sumber daya manusia dan memajukan peradaban lokal melalui jalur pendidikan formal.

Puncak dari kerinduan tersebut termanifestasi dalam sebuah pertemuan penting yang diselenggarakan pada 22 Agustus 2014. Bertempat di Bataal Barat Ganding, pertemuan bersejarah ini dihadiri oleh para stakeholder penting: Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Iman, para tokoh pendidikan, pejabat, serta pemuka masyarakat. Dipimpin oleh KH. Sitrul Arsyih, MM, dengan bantuan K. Sahli Hamid, M.Pd.I, forum tersebut berfokus pada pembahasan langkah-langkah konkret persiapan pendirian perguruan tinggi mandiri.

Dari pertemuan yang penuh semangat tersebut, sebuah formatur penting dibentuk, yang diketuai oleh KH. Hafid Syukri, MM. Formatur inilah yang kemudian bertugas menggarap tahapan-tahapan selanjutnya.


Pembentukan Panitia dan Perjalanan Menuju Legitimasi

Setelah formatur terbentuk, langkah strategis berikutnya adalah pembentukan Panitia Persiapan Pendirian Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Raudlatul Iman. Amanah besar ini diemban oleh panitia yang diketuai oleh K. Junaidi, M.Pd.I. Legitimasi panitia ini dikukuhkan melalui Surat Keputusan Ketua Umum Yayasan Perguruan Tinggi Raudlatul Iman Nomor 04/SK/YASPIRI/IX/2014 tanggal 01 September 2014. Ini menandai babak baru dalam perjalanan pendirian STIDAR, dari sekadar gagasan menjadi langkah-langkah administratif yang terstruktur.

Panitia Persiapan tidak menyia-nyiakan waktu. Rapat pertama kali mereka selenggarakan pada 21 September 2014, hanya berselang dua puluh hari setelah SK pengesahan mereka terbit. Dalam rapat-rapat tersebut, mereka menjajaki segala hal yang berkaitan dengan pendirian Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Raudlatul Iman.


Studi Kelayakan, Pengajuan Proposal, dan Izin Operasional

Dengan mempertimbangkan secara cermat kemampuan sumber daya manusia, ketersediaan fasilitas di Pondok Pesantren Raudlatul Iman, serta hasil studi kelayakan yang menunjukkan kebutuhan masyarakat akan pendidikan tinggi dakwah, Panitia Persiapan kemudian menyusun sebuah proposal pendirian yang komprehensif.

Proposal ini diajukan kepada Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia. Dengan visi yang jelas dan kebutuhan yang nyata, STIDAR mengusulkan dua program studi yang relevan dengan kondisi sosial kemasyarakatan:

  1. Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)

  2. Bimbingan Konseling Islam (BKI)

Perjuangan panjang ini akhirnya membuahkan hasil. STIDAR mendapatkan Surat Keputusan Izin Operasional dengan Nomor 4647 yang diterbitkan pada 25 Agustus 2016. Tanggal inilah yang menjadi penanda resmi beroperasinya STIDAR dengan prodi-prodi yang telah diizinkan.

Maka, meski tergolong muda, sejarah STIDAR Sumenep adalah cerminan dari semangat fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan), kegigihan para ulama dan tokoh masyarakat, serta kerinduan kolektif akan pendidikan yang mampu membentuk generasi penerus yang berilmu, beriman, dan bermanfaat bagi umat. STIDAR kini berdiri kokoh, melanjutkan estafet perjuangan dakwah melalui jalur pendidikan tinggi di ujung timur Pulau Madura.

Posting Komentar

0 Komentar

Ferry Arbania , Sahabat Indonesia

Posting Komentar (0)

Statistik

3/related/default