Kenangan Abadi di Tanah Garam: Ketika Sang Ulama Negara Menjelajah Sumenep

FERRY ARBANIA
By -
0


Pada hari itu, Rabu, 9 Agustus 2023, sekitar pukul 10.36 WIB, Bandara Trunojoyo di Sumenep menjadi saksi bisu kedatangan seorang tokoh besar: Prof. Dr. (H.C.) KH. Ma’ruf Amin, Wakil Presiden Republik Indonesia kala itu. Sosok nomor dua di negeri ini, sang ulama kharismatik, melangkahkan kakinya di bumi Madura, membawa serta aura kebijaksanaan dan harapan.

Di tengah hangatnya sambutan, Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, SH, MH, bersama jajaran Forkopimda Sumenep, berdiri menyambut dengan penuh takzim. Hadir pula Gubernur Jatim, Pangdam V Brawijaya, dan Wakapolda Jatim, menunjukkan betapa pentingnya kunjungan ini. Bupati Fauzi, dengan senyum ramah, menyampaikan rasa terima kasih mendalam. "Alhamdulillah bisa berkenan hadir ke Kabupaten Sumenep," ucapnya tulus, mewakili seluruh masyarakat.



Di sela-sela obrolan santai, sang Bupati, yang juga Ketua DPC PDIP Sumenep, tak menyia-nyiakan kesempatan. Sebuah bisikan tentang reaktivasi kereta api atau Tol Transmadura disampaikannya kepada Wapres. Dan, seolah semesta merestui, K.H. Ma’ruf Amin memberikan sinyal positif, menegaskan pentingnya pemerataan pembangunan infrastruktur di Pulau Madura. Sebuah harapan besar mulai bersemi di hati masyarakat Madura.



Tak hanya itu, Bupati Fauzi juga berbagi cerita tentang Pulau Giliyang, permata tersembunyi dengan predikat oksigen terbaik kedua di dunia setelah Yordania. Antusiasme pengunjung yang terus meningkat menjadi bukti pesonanya. "Semoga Kyai di suatu saat nanti berkenan untuk mengunjungi Pulau Gili Iyang, Insyaallah," pinta sang Bupati, sebuah undangan yang sarat makna.



Kunjungan bersejarah ini berlanjut. K.H. Ma’ruf Amin dan rombongan bergegas menuju Universitas Wiraraja (Unija) untuk mengukir sejarah dengan Orasi Ilmiah di Rapat Senat. Usai membagikan ilmu dan hikmah di Unija, langkah beliau kemudian tertuju pada Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk, sebuah rumah ilmu dan spiritualitas. Di sana, beliau bersilaturahmi dengan para kiai dan pengasuh ponpes se-Kabupaten Sumenep, menjalin ikatan batin yang erat.



Puncak dari kunjungan spiritual ini adalah ziarah ke makam K.H. Muhammad Syarqawi, pendiri Pondok Pesantren Annuqayah, yang bersemayam sekitar 50 meter di timur Masjid Jamik Annuqayah. Sebuah momen refleksi, mengenang jasa para pendahulu yang telah menancapkan pondasi keilmuan dan keagamaan.



Setelah serangkaian kegiatan yang padat namun penuh berkah di Sumenep, Wapres dan rombongan kembali ke Surabaya, dengan pesawat yang sama dari Bandara Trunojoyo. Sebuah kunjungan singkat, namun meninggalkan jejak mendalam di hati masyarakat Sumenep.


Mengenal Lebih Dekat: Kiprah Awal Sang Ulama Negara

Sebelum menapaki panggung kenegaraan sebagai Wakil Presiden, K.H. Ma’ruf Amin telah melalui perjalanan panjang yang sarat pengabdian. Lahir di Tangerang, Banten pada 11 Maret 1943, beliau adalah putra daerah yang tumbuh besar dalam lingkungan pesantren. Pendidikan agamanya ditempa di berbagai pesantren terkemuka, termasuk Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, yang merupakan kawah candradimuka bagi banyak ulama besar di Indonesia.



Kiprah K.H. Ma'ruf Amin tak hanya berkutat di ranah keagamaan. Beliau dikenal sebagai seorang intelektual muslim yang juga aktif di berbagai organisasi. Di awal karirnya, semangat beliau untuk berdakwah dan berkontribusi kepada masyarakat sudah terlihat jelas. Beliau aktif mengajar, berdiskusi, dan membimbing umat, membangun basis keilmuan dan keagamaan yang kuat di akar rumput.



Salah satu jejak awal yang menonjol adalah keterlibatannya dalam Nahdlatul Ulama (NU). Beliau meniti karir organisasi dari bawah, hingga akhirnya dipercaya menduduki berbagai posisi strategis, termasuk sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), posisi tertinggi di struktur syuriah NU. Peran beliau di NU tak hanya sebagai pemimpin spiritual, namun juga sebagai arsitek pemikiran yang gigih memperjuangkan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin.



Di sisi legislatif, beliau juga pernah menjadi anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), menunjukkan kapasitasnya dalam merumuskan kebijakan publik yang berpihak kepada umat dan rakyat. Selain itu, beliau juga memiliki peran penting sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), sebuah lembaga yang menjadi rujukan umat Islam dalam berbagai persoalan keagamaan dan kemasyarakatan. Dari sinilah, pemikiran-pemikiran keagamaan beliau memiliki jangkauan yang lebih luas, memberikan arah dan pedoman bagi umat.



Seluruh perjalanan ini membentuk K.H. Ma’ruf Amin menjadi sosok ulama yang tidak hanya mumpuni dalam ilmu agama, tetapi juga matang dalam berorganisasi dan berpolitik, hingga akhirnya mengantarkannya pada posisi Wakil Presiden RI, mendampingi Presiden Joko Widodo. Kiprah beliau yang dimulai dari bangku pesantren dan terus berkembang di berbagai lini kehidupan, menjadi inspirasi bagi banyak generasi.



Benteng Iman di Tengah Badai Teknologi: Nasihat Abadi dari Sang Ulama

Tak berhenti di Sumenep, jejak hikmah K.H. Ma’ruf Amin berlanjut. Pada 31 Agustus 2023, di Pesantren Al-Anwar, Bangkalan, beliau berdialog dengan 244 ulama dan tokoh masyarakat se-Madura. Dalam kesempatan itu, beliau menyoroti tantangan zaman: teknologi. Kemudahan yang ditawarkan teknologi, jika tak terkontrol, bisa menjadi gerbang masuk paham-paham yang mengabaikan agama. "Di sinilah peran pesantren sebagai benteng yang kuat," tegas beliau, mengingatkan kembali peran fundamental pesantren dalam menjaga akidah umat.




Wapres menekankan bahwa upaya melemahkan logika keimanan (mantiq imaniyyah) dengan logika keduniaan adalah sebuah ancaman. Jika dulu pesantren berhasil menghadang agama baru yang dibawa penjajah, kini tantangan lebih berat: upaya menghilangkan dan melemahkan agama itu sendiri. Oleh karena itu, beliau mengingatkan, peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) santri harus senantiasa diimbangi dengan iman dan takwa (imtaq). "Ini yang penting sekali [untuk ditingkatkan] dan sekarang memang tantangan kita," urai beliau.



Lebih jauh, K.H. Ma’ruf Amin juga menyoroti adanya kelompok yang menolak ikhtilaf (perbedaan pendapat ulama) dan bahkan melakukan inhiraf (penyimpangan). Beliau menegaskan bahwa ikhtilaf seharusnya dapat ditoleransi, sementara inhiraf harus "diamputasi" atau diputus. "Di sini nanti harus ada kejelian," imbuhnya, mengajak para ulama untuk bersikap bijak dan tegas.



Pada penghujung dialog, Wapres menyampaikan apresiasi tulus kepada para ulama atas peran mereka dalam menjaga kedamaian masyarakat. "Pemerintah ingin menyampaikan terima kasih atas partisipasi ulama karena selama ini menjaga ketenangan dan kedamaian masyarakat, ini peran ulama," tutur beliau. "Tentunya pembangunan nasional berjalan dengan baik, sehingga ekonomi kita bagus, Covid-19 sudah bisa diatasi. Ini semua tentu [ada] peran ulama dan juga tentu doa-doa yang disampaikan ulama," tambahnya, mengakui kontribusi tak ternilai para pewaris Nabi.



Pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam itu juga membahas isu-isu krusial seperti implementasi undang-undang pesantren, kesetaraan dana pendidikan, kemudahan perubahan status perguruan tinggi swasta menjadi negeri, serta pentingnya menjaga marwah ulama. Tak lupa, Wapres juga mendorong masyarakat Madura untuk meningkatkan jiwa wirausaha dengan mengoptimalkan iptek dan inovasi.



Dalam dialog penuh makna itu, Wakil Gubernur Jatim, Emil Elistianto Dardak, turut mendampingi, sementara K.H. M. Muchlis Muhsin, Ketua Yayasan Pondok Pesantren Al-Anwar, bertindak sebagai moderator.



Kunjungan dan nasihat K.H. Ma’ruf Amin, meski telah berlalu, akan selalu dikenang sebagai warisan berharga bagi Sumenep, Madura, dan seluruh bangsa. Sebuah kenangan abadi tentang seorang ulama yang tak lelah menebarkan kebaikan dan kebijaksanaan di setiap langkahnya.[*]

Posting Komentar

0 Komentar

Ferry Arbania , Sahabat Indonesia

Posting Komentar (0)

Statistik

3/related/default